Cara Atasi Bau Mulut (Halitosis)

Bau Mulut(Halitosis)

Bau mulut atau Halitosis didefinisikan sebagai bau tidak enak yang keluar dari rongga mulut, tanpa melihat sumber bahan odorus dalam nafas. Berdasarkan penyebabnya, halitosis dapat dikelompokkan menjadi intraoral atau faktor lokal dan ekstraoral atau faktor sistemik.

Dalam rongga mulut, bau mulut biasanya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, gingivitis, periodontitis, soket gigi yang terinfeksi, sisa darah post bedah, debri yang melekat pada bahan alat gigi, ulser mulut, xerostomia dan tongue coating.

Penyebab ekstraoral dari halitosis antara lain sinusitis kronik, faringitis, laringitis, tonsilitis dan tonsiloliths. Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit pada sistem pernafasan dan pencernaan, gagal organ hepar atau renal, dan gangguan metabolik trimetilamin juga berperan dalam timbulnya halitosis

Secara umum, diagnosis halitosis dapat dilakukan dengan identifikasi kadar bahan volatil yang dihasilkan dan identifikasi mikroba penyebab halitosis. Untuk mengatasi halitosis intraoral, dapat dilakukan secara:

  1. mekanis dengan cara penyikatan lidah dan gigi,
  2. kimiawi melalui penggunaan obat kumur, pasta gigi, permen karet,
  3. sistemik melalui kontrol diet dan terapi biologis dengan menggunakan probiotik.

Pembersihan gigi dan mulut secara mekanis bertujuan mengurangi jumlah mikroba patogen dari biofilm dan tongue coating, se-hingga pembentukan karies dihambat, kadar halitosis menjadi rendah dan risiko penyakit sistemik dapat berkurang. Secara kimiawi, dapat digunakan obat kumur, seperti klorheksidin diglukonat, zinc chloride, dan sodium klorida.

Kombinasi terapi mekanik dan kimiawi ternyata dapat memperbaiki kondisi halitosis oral. Hal ini ditandai dengan penurunan kadar komponen sulfur volatil dan organoleptik. Contohnya, penyikatan gigi tiruan saja ternyata tidak dapat mengurangi halitosis, tetapi penyikatan gigi yang disertai perendaman gigi tiruan dalam larutan antiseptik, ternyata lebih efektif.

Modifikasi faktor pendukung timbulnya halitosis dapat dilakukan dengan mengurangi asupan protein. Adanya keseimbangan diet protein dan karbohidrat akan mengurangi pembentukan bahan odor. Daging yang masih berdarah, daging ikan, dan susu fermentasi dapat meningkatkan metabolisme protein sehingga bahan odor yang terbentuk akan meningkat pula. Makanan yang banyak mengandung mineral sulfat, juga dapat menimbulkan halitosis.

Penggunaan probiotik sudah lama dilakukan pada kondisi sistemik, tetapi untuk rongga mulut, hal ini masih relatif baru. Penelitian klinis pada pasien halitosis yang diberikan obat kumur klorheksidin dan probiotik lozenges strain K12, memperlihatkan bahwa 8 dari 13 pasien mengalami perbaikan kadar komponen sulfur volatil dalam 2 minggu.

Sebagai pilihan terapi halitosis, S. salivarius K12 tidak dapat digunakan secara tunggal, namun harus dikombinasikan dengan pembersihan mekanis dan kimiawi agar bakteri penghasil halitosis dapat disingkirkan dan selanjutnya populasi bakteri mulut akan digantikan dengan S. salivarius K12. Jadi penggunaan probiotik dilakukan sesudah pembersihan mekanis dan kimiawi dalam rongga mulut.

Probiotik dapat diberikan selama pemberian antibiotik supaya populasi bakteri dalam mulut lebih didominasi oleh bakteri normal komensal. Efektivitas S. salivarius K12 telah diuji secara klinis mampu memperbaiki kondisi halitosis, begitu pula dengan keamanannya, tanpa menimbulkan efek samping apapun karena bakteri tersebut mempunyai potensi patogenik sangat rendah pada individu sehat.

Penggunaan probiotik sangat dianjurkan setelah atau selama penggunaan antibiotik, profilaksis guna mencegah penyakit sore throat, dan aman digunakan bagi wanita hamil maupun menyusui

Apabila dengan cara-cara konvensional yang disebutkan di atas, tetap mengeluhkan bau mulut, mungkin ada penyebab lain yang perlu dicaritahu seperti penyakit sistemik atau masalah spesifik pada gigi dan rongga mulut.

Kalau hal itu dicurigai, patut dirujuk ke ahli penyakit dalam untuk penanganan masalah sistemik. Rujukan kepada dokter gigi umum atau spesialis penyakit mulut (SpPM) dilakukan bila mencurigai kasus spesifik berkaitan dengan gigi dan rongga mulut.

Narasumber: drg. Indrayadi Gunardi MEDIA AESCULAPIUS

 

Cara Atasi Bau Mulut (Halitosis)

Lentera Sehat

Pemerhati kesehatan yang suka berbagi artikel kesehatan berdasarkan sumber referensi yang dapat dipercaya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *