Benarkah Pengobatan Tradisional Kerokan Bermanfaat?

Kerokan atau mengerok badan merupakan tradisi khas negara-negara timur yang dipercaya secara turun-temurun sebagai metode pengobatan beragam jenis keluhan, dari nyeri hingga masuk angin.

Tidak hanya di Indonesia, mengerok juga dikenal sebagai salah satu terapi alternatif yang sering digunakan masyarakat di negara-negara lain untuk beragam keluhan tersebut.

Pada masa lampau di Eropa, kerokan dikenal teknik pengobatan yang serupa, yang disebut frictioning. Di Tiongkok, mengerok dikenal dengan nama gua sha, di Vietnam dengan nama cao gio, di Kamboja dengan nama kos khyal, dan di Laos dengan nama khoud lam.

Efek Kerokan Terhadap Kesehatan

Walaupun telah dikenal secara empiris oleh masyarakat, khususnya di Indonesia, sebagai salah satu jenis terapi tradisional yang cukup manjur, belum terlalu banyak literatur yang membahas mengenai prosedur mengerok ini secara ilmiah.

Sebuah studi review pada tahun 2010 yang secara spesifik meneliti kemampuan mengerok untuk mengurangi nyeri muskuloskeletal (salah satu kemampuan yang sering digadang-gadang dari terapi ini) mendapatkan hasil belum konklusif karena minimnya studi dengan kualitas yang memadai.

Walau demikian, beberapa studi lain yang lebih mutakhir menemukan banyak khasiat pengerokan di anggota badan secara lebih konklusif, seperti perbaikan pada pasien dengan nyeri pada leher dan punggung bawah, hepatoproteksi pada pasien yang menderita infeksi hepatitis B kronik aktif, peningkatan respon imun yang mempercepat dampak imunisasi intradermal, perubahan laju jantung, serta penurunan gejala migrain dan mastitis.

Berbagai fakta menarik dari banyak penelitian sebelumnya telah membuktikan efek mengerok terhadap kesehatan.

Sebuah studi yang menggunakan laser Doppler menunjukkan peningkatan mikrosirkulasi pembuluh darah kapiler permukaan pada daerah yang  dikerok sebesar 400% pada 7,5 menit pertama setelah pengerokan dan masih berlanjut hingga 25 menit setelahnya. Perubahan yang muncul adalah dampak dari vasodilatasi dan ekstravasasi sel darah menuju jaringan di sekitarnya.

Vasodilatasi dan ekstravasasi tersebut juga berkaitan dengan peningkatan produksi dari enzim heme oksigenase-1, sebuah enzim yang melindungi sel dari oksidasi, pada model tikus. Enzim ini berperan dalam mengurangi nyeri melalui jaras yang melibatkan karbon monoksida dalam tubuh dan juga berpengaruh dalam imunitas dengan mempengaruhi Th1, Th2, dan Th17, serta sel-sel T regulator.

Kerja enzim tersebut dianggap penting mengingat peran beragam jenis sel T ini dalam beragam penyakit autoimun, seperti penolakan organ transfer, diabetes melitus yang tidak dikarenakan penurunan produksi insulin, dermatitis atopik, asma, dan lain-lain.

Selain perluasan pembuluh darah dan ekstravasasi darah, konsekuensi lain dari pengerokan adalah infiltrasi sel-sel imun pada daerah sekitar dari tempat terjadinya pengerikan, pembentukan beragam sitokin, baik lokal maupun sistemik, serta senyawa nitrit oksida (yang berperan sebagai faktor-faktor antipatogenik), dan peningkatan respon imun, yang menyebabkan lebih tingginya produksi IgG pascavaksinasi. Efek lain yang belum diketahui mekanismenya adalah perubahan fisiologis di daerah distal area pengerokan, yaitu penurunan rasa nyeri.

Mengerok badan yang dilakukan bersamaan dengan fisioterapi ternyata juga memberikan dampak positif baik secara fisik maupun psikis.

Pada sebuah kasus, terapi tersebut ternyata dapat menurunkan skor keparahan seorang pasien dengan nyeri leher kronis yang dipicu oleh duduk lama-lama di depan komputer sehingga membuktikan bahwa selain dampak fisiologisnya yakni memperlancar aliran darah, ada pula sebuah manfaat psikiatri yang juga didapatkan oleh pasien.

Hal ini juga terkait dengan fakta bahwa sebuah tata laksana yang merupakan suatu perlakuan khusus akan cenderung memiliki efek plasebo yang lebih kuat dibandingkan pemberian sebuah obat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mengerok ternyata memiliki dampak yang baik bagi tubuh, seperti memperbaiki sirkulasi, meningkatkan produksi enzim heme oksigenase-1 yang memiliki efek anti-nyeri dan regulatif terhadap sistem imun.

Namun, patut diingat bahwa terdapat beberapa hal yang patut diperhatikan, seperti tidak mengerok pada daerah yang rawan (baik secara anatomis maupun karena keberadaan luka) dan untuk memperhatikan higien saat mengerok. Jika kedua hal tersebut diperhatikan dan benar-benar diterapkan, pengerokan akan menjadi suatu terapi yang bermanfaat.

Efek Negatif Kerokan Badan

Efek atau dampak kerokan memang tidak dirasakan secara langsung melainkan akan dirasakan dalam waktu yang relatif lama. Adapun efek kerokan itu sendiri adalah sebagai berikut :

Potensi terkena stroke 

Ahli penyakit jantung mengatakan kebiasaan kerokan yang dilakukan pada sekitar leher dapat perpotensi terkena stroke bila terjadi syaraf yang rusak. Apalagi jika dilakukan secara terus-menerus pada tempat yang sama khawatirnya terjadi pelebaran dan lalu pecah dan alhasil nyawa yang akan menjadi taruhannya. Cegah Stroke Lewat Pola Makan Sehat

Masuknya bakteri dan virus

Pada saat melakukan kerokan kondisi pori-pori tentu saja akan mengalami pelebaran dalam kondisi tersebut gesekan pada kulit dengan benda tumpul tersebut akan memungkinkan berbagai virus dan bakteri yang masuk dalam tubuh. Apalagi jika benda tumpul yang digunakan tersebut tidak dalam kondisi yang steril. Maka dari itu jika selalu perhatikan kesterilan semua benda yang akan digunakan untuk kerokan.

Kontraksi dini

Seperti yang kita ketahui ketika kerokan akan terjadi inflamasi. Jika kekebalan tubuh tidak seimbang akan terjadi penolakan terhadap inflamasi dalam tubuh. Maka mediator anti inflamasi akan mengeluarkan suatu zat yang dinamakan Cytokines yang memicu pelepasan Prostaglandin yang bisa menyebabkan kontraksi pada rahim.

Salah satu kontraindikasi pengerokan yang ditemukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya adalah luka pada kulit yang akan dikerok. Penggunaan obat-obatan antikoagulan bukan merupakan kontraindikasi pengerokan. Karena ada risiko penyebaran patogen-patogen permukaan kulit menyebar melalui darah, para peneliti menyarankan alat kerok yang digunakan bersifat sekali pakai serta baik alat kerok, permukaan kulit, maupun lubrikan (minyak) yang dipakai dibersihkan dengan baik.

Area yang diperkirakan lebih sensitif, seperti daerah leher, kepala, dan lain-lain juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi beragam komplikasi, seperti iritasi kulit, pembengkakan, dan nyeri.

 

Manfaat dan Bahaya Kerokan Badan – Lentera Sehat

Lentera Sehat

Pemerhati kesehatan yang suka berbagi artikel kesehatan berdasarkan sumber referensi yang dapat dipercaya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *