Neurodermatitis Kelainan Kulit Akibat Kondisi Psikis

Neurodermatitis merupakan suatu kelainan kulit akibat kondisi psikis. Penyakit ini memiliki nama lain lichen simplex chronicus atau disingkat LSK, karena lesinya yang bersifat kronis dan ditemui gambaran lesi likenifikasi. Lesi ini dikaitkan dengan stres yang muncul pada penderita, misalnya akibat pasien mengalami kelelahan psikis, kurang waktu tidur, ada pikiran yang mengganggu, atau pekerjaan yang menumpuk serta dikejar-kejar deadline.

Pada neurodermatitis, saraf yang berada di kulit memberi rangsangan pada otak bahwa daerah tersebut gatal. Manifestasinya di kulit berupa dermatitis dan rasa gatalnya timbul ketika pasien sedang santai, menonton televisi, dan tidur. Secara subjektif, pasien mengalami rasa gatal. Sementara itu, secara objektif pada kulit pasien tampak lesi yang polimorfik.

Oleh karena salah satu karakteristik diagnosis LSK tersebut adalah sifatnya kronis, penampakan kulit yang dapat dilihat adalah kering dan terdapat likenifikasi atau penebalan kulit yang semakin jelas akibat sering mengalami gosokan dan garukan dan inflamasi berulang. Selain itu, kulit juga dapat menjadi lebih gelap dan dapat ditemukan bekas garukan.

Biasanya, lesi neurodermatitis dapat ditemukan di daerah ekstensor atau ekstremitas misalnya tengkuk, lengan bawah, tangan, punggung tangan, lutut, daerah mata kaki, dan punggung kaki, serta bagian tubuh lain yang dapat dijangkau oleh tangan untuk digaruk.

Neurodermatitis umumnya terjadi pada orang yang temperamental

Neurodermatitis tidak dipengaruhi oleh kondisi demografis, etnis, dan jenis kelamin. Kondisi ini dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun. Di Indonesia, neurodermatitis umumnya terjadi pada orang-orang yang bersifat temperamental. Hal tersebut terjadi karena sifat temperamental cenderung menyebabkan kondisi stres. Akan tetapi, hal ini belum terbukti secara ilmiah.

Kelainan dermatitis umumnya terjadi pada usia dewasa dan jarang terjadi pada anak-anak karena orang dewasa sudah memiliki beban pekerjaan, cita-cita, harapan, serta terkadang berada di bawah tekanan. Akan tetapi, tidak semua orang yang mengalami tekanan psikis tersebut mengalami neurodermatitis. Walaupun demikian, kelompok yang cenderung mengalami neurodermatitis tidak bisa ditentukan.

Dermatitis yang dipengaruhi oleh kondisi psikis ini belum ditemukan penyebab yang pasti. Bagaimana cara menegakkan diagnosis, memberikan terapi, dan mencegahnya?

Neurodermatitis tidak memiliki klasifikasi, namun penyakit tersebut bersifat kronis. Jika kondisi lesi mulai basah akibat garukan, pasien dapat mengalami infeksi. Namun, pasien yang datang dengan keluhan gatal, memiliki luka basah, dan memiliki kondisi stress tidak selalu mengalami neurodermatitis.

Seorang dokter harus  memikirkan dua diagnosis banding untuk dieksklusi. Kedua diagnosis banding tersebut antara lain dermatitis numularis dan dermatitis atopik. Kedua penyakit tersebut dapat disingkirkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pada dermatitis nummular, lesi berbentuk numular (seperti koin) serta kadang disertai infeksi saluran napas atas dan gigi. Sementara itu, pada dermatitis atopik dapat ditanyakan adanya riwayat atau stigmata atopi.

Cara lain untuk membedakan dengan dermatitis atopik adalah neurodermatitis memiliki lesi yang menetap di satu tempat, sementara daerah lainnya dalam kondisi sehat.

Untuk memastikan bahwa pasien mengalami neurodermatitis, dokter harus memerhatikan apakah lesi tersebut berada di ekstensor, mengalami likenifikasi, dan bertambah gatal saat sedang istirahat serta tidak dirasakan saat sedang sibuk bekerja.

Tata laksana obat-obatan yang dapat diberikan pada pasien adalah pemberian steroid topikal bentuk salep sedang hingga kuat karena sifat lesinya yang kronis. Jika lesi sangat tebal, dapat dikombinasikan dengan asam salisilat yang juga berperan untuk menurunkan rasa gatal.

Steroid dengan kadar  sedang hingga kuat dicampur dengan asam salisilat membentuk campuran ointment (salap). Jumlah penggunaan dalam sehari tergantung jenis steroid yang diberikan.

Ketika gatal sudah terlalu berat, dokter dapat memberikan obat yang memiliki efek sedasi supaya pasien berhenti menggaruk. Selain itu, dapat diberikan pula antibiotik topikal jika terjadi infeksi, bila ditemukan pustule, erosi, ekskoriasi. Jika neurodermatitis disertai demam dan pembesaran kelenjar getah bening pada lokasi lesi, diperlukan antibiotik oral.

Sebagai bentuk pencegahan, dokter dapat menyarankan cara mengatasi stres dengan mengubah gaya hidup. Salah satu contoh bila seseorang kerap menderita LSK saat menjelang ujian maka untuk mengubah gaya hidup adalah menganjurkan untuk menyicil pelajaran terlebih dahulu jauh-jauh hari sebelum pasien menghadapi ujian agar tidak timbul stres. Membungkus tangan juga dapat dianjurkan dokter untuk menghindari garukan.

Narasumber: dr. Irma Bernadette, SpKK(K)

 

Mengenal Penyakit Neurodermatitis – Lentera Sehat

Lentera Sehat

Pemerhati kesehatan yang suka berbagi artikel kesehatan berdasarkan sumber referensi yang dapat dipercaya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *