Mengenal Anemia, Penyebab dan Cara Mengatasi

Pengertian Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen. Anemia berdampak pada kualitas kemampuan berpikir dan kecerdasan anak yang sedang tumbuh. Ini karena anemia mengakibatkan berkurangnya pasokan oksigen ke seluruh sel tubuh termasuk otak.

Gejala anemia diantaranya cepat lelah, wajah pucat, kurang bergairah, tidak mampu berkonsentrasi, mengantuk, kurang selera makan, pusing, sesak nafas, mudah kesemutan, rasa mual, jantung berdebar, dan warna kulit serta bagian putih kornea mata tampak kekuningan.

Penyebab Anemia

Penyebab anemia umumnya karena kekurangan zat besi, yang disebabkan antara lain:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.

3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.

5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).

6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.

7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.

8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

Selain anemia karena kekurangan zat besi, masih ada tiga jenis lagi anemia yang sering terjadi:

1. Anemia aplastik

Terjadi bila sel yang memproduksi sel darah merah (pada sumsum tulang belakang) tidak berfungsi baik. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi, atau sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu.

2. Anemia megaloblastik

Kebanyakan anemia megaloblastik disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 atau folat. Penting untuk menentukan defi siensi apa yang menjadi penyebab pada setiap kasus.

3. Anemia hemolitik

Terjadi ketika sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaharuinya. Penyebab anemia hemolitik ini bermacam-macam, bisa bawaan seperti thalasemia, sickle cell anemia. Pada kasus lain, seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah dirusak oleh antibodi tubuh.

Diagnosa

Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit dimana persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dapat diketahui. Ukuran hemoglobin untuk laki-laki sehat adalah Hb 14-18 gr, sedangkan untuk wanita sehat mempunyai Hb12-16 gr.

Tingkat keparahan anemia yaitu:

  • Kadar Hb 8 -10 gr disebut anemia ringan.
  • Kadar Hb 5-8 gr disebut anemia sedang
  • Kadar Hb kurang 5 gr disebut anemia berat.

Pengobatan Anemia

Beberapa jenis obat dapat digunakan sebagai anti anemia disesuaikan dengan jenis anemia.

Efek samping obat

Bagi yang sering mengkonsumsi obat anemia secara langsung dan berulang, sebaiknya perhatikan efek samping dari produk obat yang dikonsumsi. Sebagai gambaran singkat, sejumlah obat anemia tetap memiliki efek samping apabila digunakan dengan tidak tepat. Jadi disarankan tetap berkonsultasi ke dokter apabila sudah mengkonsumsi obat anemia lebih dari 3 hari dan belum ada perubahan.

Pada umumnya obat anemia memiliki efek samping berupa gangguan gastrointestinal seperti mual-mual, muntah, kembung, konstipasi atau diare. Selain itu obat anemia juga memiliki kontra indikasi seperti dilarang diberikan pada pasien yang mengalami transfusi darah berulang atau anemia yang tidak disebabkan oleh kekurangan zat besi, pasien dengan ulkus peptikum, hemokromatosis, colitis, ulseratif, enteritis atau penderita yang hipersensitif terhadap salah satu atau kedua zat aktif.

Pencegahan Anemia

Hal yang paling penting untuk menghindari anemia adalah menjaga pola makan.

Sertakan makanan yang mengandung banyak zat besi. Dari buah-buahan seperti apel, pisang. Dalam sayur-sayuran bisa didapat dari asparagus, labu, ubi rambat, brokoli, tumbuhan merambat, kacang merah, tahu dan biji-bijian.

Makan makanan yang mengandung zat vitamin C. Ini akan membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Bagi vegetarian sebaiknya diskusikan masalah kesehatan dengan ahlinya mengingat vitamin B12 banyak didapat dari makanan berdaging.

Jika mengkonsumsi obat, usahakan atas saran dokter. Beberapa obat bisa menghambat masuknya zat besi dan vitamin B ke dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

  • Dipiro, J.T., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th edition,. Mc Graw Hill, New York, 636.
  • Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Gaya Baru, Jakarta.
  • Badan POM, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008, Sagung Seto, Jakarta.

 

Mengenal Anemia, Penyebab dan Cara Mengatasi

Lentera Sehat

Pemerhati kesehatan yang suka berbagi artikel kesehatan berdasarkan sumber referensi yang dapat dipercaya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *